Kamis, 19 Juni 2014

Fanfiction One Ok Rock A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter XII



A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter XII

Author : Parasarimbi

Genre : Romantic

Lenght : Chapter

Notes : Story is mine





“Manami...!”

Seseorang memanggil namaku cukup lantang saat aku hendak memasuki kantorku. Hari masih pagi-pagi sekali dan baru sebagian pegawai yang datang. Aku menoleh ke arah suara dan menemukan seseorang dengan senyum yang khas baru keluar dari mobil yang berhenti di halaman.

Hari masih sangat pagi untuk memulai aktifitas, dan aku memang mempunyai alasan tersendiri untuk masuk kantor sepagi ini. Apalagi Kanna masih dirumah dan belum bangun dari tidurnya, ia ditemani oleh salah satu pengasuh yang bekerja di kantorku yang memang kuminta untuk menginap dirumahku semalam. Aku akan menjemput Kanna dan pekerjaku agak siang nanti.

“Hai... Ryota !” Aku menyapa tak kalah lantang. “Pagi sekali kau datang... lihat putrimu masih tertidur...” 

Memang benar adanya Ryota yang menggendong putrinya yang terlihat masih tertidur lelap dengan selimut yang masih membungkus tubuh bayi kecil itu. Sementara itu istrinya masih sangat sibuk mengambil perlengkapan bayi di mobilnya, ia terlihat memilah-milah sesuatu. Mungkin sedang memilih jumlah popok bayi untuk dipersiapkan dalam tas, atau menakar susu bayi dalam botol atau membawakan biskuit untuk cemilan bayinya nanti. 

“Ahh.. pekerjaanku hari ini membuatku bangun pagi-pagi sekali, untung Mika tidak rewel saat dimandikan tadi..”

“Oh..  aku mengerti.. sini biar ku gendong putrimu.. nanny yang akan mengasuh Mika belum datang, jadi akan kubawa hingga ia datang.”

“Baiklah..  terimakasih sekali kau mau kurepotkan. Terus terang ini sangat membantuku sekali, aku tak bisa mengobrol banyak karena sangat terburu-buru jadi aku harus pamit sekarang.”

“Tenang saja, aku bisa diandalkan..” Jawabku sambil tersenyum sambil membawa Mika yang masih tertidur lelap, sementara Ryota menghampiri istrinya untuk mengambil tas bayi dan menaruhnya di lobby.

“Kuletakkan tas bayi nya di sini saja ya... Hahhh... kenapa waktu cepat sekali berjalan. Aku harus cepat-cepat.. selamat tinggal Manami.. jaga putriku baik-baik ya...” Ryota uring-uringan sembari melihat jam tangannya berkali-kali, tak lama setelah itu mobil yang ditumpangi Ryota dan istrinya perlahan meninggalkan halaman kantorku menyisakan aku dan Mika. Sang istri masih sempat melambaikan tangannya dengan wajah yang terlihat sangat tentram melihat putrinya ada padaku. 

Aku langsung memasuki kantorku dan berjalan menuju salah satu ruangan bayi. Kantorku memang memiliki cukup banyak ruangan sesuai usia anak yang dititipkan. Ruangan bayi dengan usia 2 hingga 15 bulan memiliki dua ruangan dengan masing-masing boks bayi berisi 10 buah. Sedangkan batita berusia 16 bulan hingga 30 bulan memiliki 3 ruangan yang 
sama-sama memiliki 10 buah boks bayi. Untuk balita berusia 3 hingga 5 tahun ditempatkan di ruangan yang cukup luas dan lapang. Mereka bisa bebas bermain dan bersosialisasi bersama dan ketika jadwal tidur siang mereka tidur menggunakan kasur lipat, sehingga tidak 
memerlukan tempat tidur yang pastinya akan memakan banak tempat. Para nanny juga kuterapkan untuk masing-masing diberi tanggung jawab untuk mengasuh dua anak. Terkecuali untuk bayi yang memang harus menggunakan satu pengasuh. Keahlian dalam mengasuh bayi dan balita itu memang berbeda-beda. Jadi aku tak bisa sembarangan dalam menerapkan pola asuh pada bayi karena hal itu yang pernah diajarkan Yakumi-San kepadaku.

Selesai meletakkan Mika di salah satu boks bayi yang sudah kupersiapkan sebelumnya dan menanti nanny-nya datang, aku menatap wajah bayi mungil yang sedang tertidur damai dan sangat lelap. Ingatanku melayang ketika Kanna masih seumuran seperti Mika, benar-benar lucu dan menggemaskan. Pipinya sangat gembul dan berat badan serta kesehatannya cukup menggembirakan karena asupan gizi dari ASI-ku tak pernah terlewatkan untuknya. Ia pelipur lara dan lelahku, pemberi semangat yang tak pernah luruh ketika terkadang aku merasa jatuh dan butuh sandaran. Aku sangat mencintai putriku melebihi apapun, ia benar-benar segalanya dan ia adalah nyawa bagiku. 

Tak terasa Kanna sudah hampir 5 tahun berada disisiku, dua bulan lagi ia akan berulang tahun dan ingin rasanya aku memberikan suatu hadiah yang istimewa untuknya. Aku ingin memanjakannya dan membuatnya merasa sangat spesial di hari ulang tahunnya. Mungkin ia ingin diberi kado berupa boneka atau mungkin sesuatu yang sudah lama ia idam-idamkan.

Aku terlalu asyik melamun hingga tak menyadari pengasuh Mika sudah datang dan menggantikan posisiku untuk mengasuh Mika. Sebelum meninggalkan Mika, aku mengecup pipi halus gadis kecil yang tengah bermimpi bermain bersama bidadari. Kini aku beralih menuju pekerjaanku sehari-hari, berkutat dengan berbagai macam kertas-kertas dokumen dan sebagainya.


~~~~~~~~~

Sekitar pukul 11 malam, aku bersama Ryota bertemu untuk membicarakan sesuatu seperti yang sudah direncanakan saat Ryota dan istrinya menjemput Mika tadi sore. Istri dan bayi Ryota ia tinggalkan di hotel untuk beristirahat, sementara Kanna kutinggalkan dirumah bersama salah satu pekerjaku yang lagi-lagi kuminta untuk tidur dirumah menemani Kanna. Hiruk pikuk dan lalu lalang kesibukan masih terlihat di sekitar, walaupun beberapa toko kecil sudah tutup dengan lampu yang terlihat gelap. Di sebuah taman teduh yang berhadapan langsung dengan jalan raya, aku dan Ryota duduk bersama dalam satu bangku kayu panjang. Menikmati malam dengan obrolan lepas dan bercerita panjang.

“Bagaimana Mika hari ini? Apakah dia rewel seharian?” Tanya Ryota sambil membuka kopi kaleng hangat kemudian menyesapnya perlahan.

“Tidak, dia kelihatan sangat senang sekali karena banyak teman. Pengasuhnya bilang Mika lebih banyak tertawa.” Jawabku sembari menimang-nimang kaleng kopi hangat yang belum kuminum. 

“Syukurlah.. aku senang mendengarnya.” 

“Ya.. aku juga senang, semoga Mika nyaman berada disini hingga nanti.”

“Kuharap bagitu. Terus terang bebanku berkurang karena terbantu dengan Mika berada pada orang yang tepat. Jadi aku mendapat pujian dari atasanku tadi.” Mata Ryota terlihat berbinar dan senyum khas menghiasi wajahnya.

“Whoaa? Pujian? Pujian apa?” Aku sangat antusias mendengar ceritanya. Sambil membuka kaleng kopi aku meminum isi dalam kaleng tersebut.

“Menurut penuturan atasanku, presentasi tentang proyekku tadi sangat mengagumkan. Jadi atasanku benar-benar menyukai ide dariku.”

“Wah senangnya... Siapa tahu nanti kau bisa naik jabatan setelah mendapat respon yang positif dari atasanmu.”

“Hahahaha... aku juga berharap demikian... tapi mungkin akan tetap butuh waktu jika menginginkan naik jabatan.”

“Yah... memang suatu keberhasilan pasti membutuhkan proses panjang dan tak kenal menyerah. Kuharap kau bisa melewati semua rintangan itu tanpa merasa lelah.” Ujarku sambil menepuk pundak Ryota seperti menyemangati dan memberinya motivasi.

“Ah.. aku baru tahu kau bisa sangat bijaksana sekali... hahahaha”

“Hahaha.....”

“Oh iya, aku hampir lupa untuk menyampaikan padamu.” Ryota terlihat sibuk mencari-cari sesuatu di kantong jaket sebelah dalam. Tak lupa ia keluarkan bungkus rokok dan korek api gas yang kemudian ia letakkan di pahanya. Setelah menemukan apa yang Ryota cari, ia memberikan padaku selembar kertas yang cukup tebal yang cantik berwarna ungu dan terdapat pita berwarna merah muda pada tengah-tengah kertas.

Kupegang kertas dengan cover tebal itu dan kubolak-balikkan berulang kali. Aku takjub melihat kertas yang sangat menarik itu hingga tak menyadari tulisan yang tercetak timbul pada kertas tersebut.

“Apa ini?”

“Kau diundang di acara pesta pernikahan Tomoya.” Jawab Ryota sambil menyalakan rokoknya.
Tanpa kusadari mulutku menganga, buru-buru aku membaca tulisan yang berada pada cover kertas tebal itu dan menemukan sebuah nama yang memang sudah tak asing lagi bagiku.

“Kau serius??? Tomoya  si lelaki kocak itu menikah?? Hahaha.... aku tak menyangka secepat ini ia akan menikah” aku seolah bersorak girang mendengar kabar yang menggembirakan dari salah satu teman masa lalu yang pernah kumiliki.

“Hahahaha... iya. Dia bilang dia ingin segera menyusulku dan memiliki bayi mungil seperti Mika. Ia selalu saja mengekor apa yang kulakukan, padahal ia lebih tua dari kita bukan?”

“Hahahahaha, benar sekali. Ia seolah tak pernah lepas darimu. Kalau kulihat-lihat kalian itu seperti soulmate yang tak bisa terpisah.”

“Semua orang mengatakan demikian, dan sepertinya aku menyetujui hal itu. Meski masing-masing dari kami menikah, kami masih sering bertemu dan menikmati kebersamaan kami dengan melakukan suatu hal yang menyenangkan.”

“Senang sekali jika mempunyai sahabat yang selalu ada saat suka dan duka. Aku jadi iri padamu. Oh iya ngomong-ngomong  bagaimana bisa Tomoya mengundangku di acara pernikahannya?”

“Hey, apa kau lupa pernyataanku yang barusan? Aku masih sering bertemu dan berkomunikasi dengan Tomoya. Tentu saja aku menceritakan semuanya tentang pertemuanku denganmu.”

“Oh....  jadi begitu. Pantas saja tiba-tiba undangan pernikahan ini bisa tertulis namaku di kolom tamu undangan.”

“Kau harus datang karena itu pesan khusus dari Tomoya yang kusampaikan padamu.”

“Yah.. aku pasti akan datang. Sepertinya aku merindukan wajah konyol yang lama sudah tak kulihat.”

“Dan tentunya wajah memelas yang biasa ia perlihatkan... Hahahahaha...”

“Hahahahahahaha....”

Tawa serempak memecah suasana malam yang semakin dingin, entah ini sudah pukul berapa karena masih sama-sama menikmati obrolan malam yang memang sangat menyenangkan.

“Oh iya... istrimu tidak marah kau keluar dan mengobrol bersamaku malam-malam begini?”
Ryota hanya menggeleng tanpa menjawab. Sementara aku mengernyitkan kedua alisku keheranan.

“Istriku bukan wanita yang mudah cemburu, ia bisa membedakan mana wanita yang genit pada suaminya dan mana wanita yang menghargai suami orang lain. Dan kuceritakan dari awal bahwa kau adalah teman saat di universitas dan dia sangat mengerti.”

Aku mendecak kagum.

“Istrimu sangat pengertian sekali ya, kau pasti sangat bahagia memilikinya.”

“Sangat! Ia istriku yang tidak ada duanya di dunia ini. Dan saat ia melahirkan Mika, cintaku padanya semakin kuat dan erat. Aku benar-benar mencintainya.”

“Its soooo romantic... I love your love story.”

Ryota terkekeh kecil.

“Hehehe terimakasih. Tapi kuceritakan satu hal kalau istriku lebih cemburu jika aku bersama Tomoya daripada gadis lain. Hahahahahaha....”

Perkataan Ryota yang barusan benar-benar sangat lucu, refleks aku mengeluarkan tawa keras tanpa sempat menutup mulut dan tawaku benar-benar menggema di taman yang mulai agak sepi ini.

Tertawa lepas seperti ini, kapan terakhir aku mengalaminya? Mungkin sudah lama sekali dan entahlah aku sudah tidak ingat persis, mungkin saat aku masih ada di bangku universitas bersama Ryota dan teman-teman yang lain. Tawa sempat terhenti beberapa detik, Ryota menyela..

“Oh iya.. Manami bagaimana dengan gadis kecil itu? Kau belum sempat menceritakannya padaku tadi.”

Aku tersedak sedikit, tak mengira Ryota akan menanyakan Kanna.

“Gadis kecil? Maksudmu Kanna?”

Ryota hanya mengangguk sambil menyesap kembali kopinya kemudian ia tenggelam dengan menikmati rokoknya.

“Kau ingin tahu?” Tanyaku sambil mengencangkan mantel tebal yang kurasakan tak mampu mengusir hawa dingin karena angin malam. Aku bersedekap sambil mengusap-usap lenganku sendiri agar mendapatkan kehangatan dari sana.

“Tentu saja. Aku ingin tahu sejak kapan kau menikah lalu punya anak. Dan ya pertanyaan terbesarku adalah siapa suamimu?”

Aku menggigit kecil bibirku.

“Aku belum menikah.”

Ryota menoleh kearahku tanda tak percaya dengan puntung rokok yang masih menyala setengah batang di mulutnya...



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Wohooooo chapter 12 udah terbit. Etdah terbit... kayak katalog sopi martil aja hahahaha :v

Masih menikmati berita-berita terbaru OOR yang berseliweran di temlen pesbuk maupun twitter, sepertinya mas-mas yang disana bahagia banget bisa tour konser dengan seabrek jadwal yang bener-bener nguras pita suara nya mas Taka. dan semoga dengan rangkaian tour padet itu ga bikin kualitas suara dan musik mas-mas OOR ya.. eh aminin dong. Aaaamiinn.

Semoga pada ga bosen ya sama pathetic girl, dan semoga masih tetep baca dan menanti crita selanjutnya. Ohiya saran dan masukan atau kripik pedas boleh kok lewat kolom komentar demi kemajuan tulisan dan crita yang saya bikin. 

Saya undur diri dulu. Selamat Malam
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
.

4 komentar:

  1. lanjutanyya mbaaaak...
    *uktie melati*

    BalasHapus
  2. Kaaak, lanjuuut #bawa obor# Taka kemana aja kamuu?! >_< #ngomel ama Taka#plak#





    +Liberta Geovani+

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo Libertaaaa....
      akhirnya menampakkan dir lagi disini...

      Taka nya lagi ke pasar, beli canting sama lilin buat batikin kulitnya :D

      Syaaaaaapppp lanjut :D

      Hapus

Feel free to comment... silahkan....