Minggu, 16 Maret 2014

Fanfiction One Ok Rock ; A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter X





A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter X

Author             : Parasarimbi

Genre              : Romantic

Rate                : Warning ! NC-21

Length             : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)

Cast                 : Manami as Donna

                          Taka

                          Toru

                          Ryota

                          Tomoya

Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

10.00 pm

Setelah selesai mengunjungi makam Ibu tadi pagi, aku memutuskan berpamitan pada Ayah untuk segera pulang karena aku baru teringat bahwa aku memiliki janji dengan dosen lagi setelah beberapa hari yang lalu aku tak menampakkan diri di kampus. Walau Ayah melepasku dengan berat hati karena baru sebentar bisa bertemu, tapi akhirnya Ayah mengiyakan juga karena aku sudah berjanji akan sering mengunjunginya di rumah sakit hingga nanti Ayah sembuh dan kembali kerumah. 

Ah rumahku... 

Seperti apa keadaannya setelah 6 tahun? Masih sama seperti dulu ataukah sudah berbeda. Entahlah. Cepat atau lambat akhirnya aku akan kembali juga kerumah itu. Aku sudah mencoba untuk membuang ingatan di masa itu, aku sudah merasa baikan bila nanti aku hidup bersama Ayah saja. Meramaikan rumah yang menjadi saksi bisu saat aku bertumbuh kembang dari bayi hingga remaja.

Selama perjalanan dari tadi siang hingga malam ini aku sama sekali tak bisa tidur karena bahagia melihat Ayahku yang keadaannya semakin membaik setelah aku berkunjung dan saling bercengkrama dengannya. Ayah selalu merespon tiap orang yang mengajak berbicara dengannya, bisa dibilang Ayah sudah sembuh secara psikis. Aku baru mengetahui, kehadiran seseorang yang sangat diharapkan mampu menyembuhkan sakit, lebih tepatnya rasa sakit akibat batin yang tertekan. 

Tapi masih saja ada penyesalan di hatiku yang teramat sangat. Ternyata selain gadis apatis aku juga seorang gadis yang kejam yang tega membiarkan Ayahku hidup dalam kesengsaraan dan bayang-bayang kesalahan masa lalu.

“Maafkan aku Ayah... Aku akan menjaga janjiku bahwa aku akan menjadi anak yang baik.” Gumamku dalam hati.

Dalam beberapa waktu, Taka selalu menoleh padaku dan menepuk-nepuk kepalaku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Ahh Taka... kau tahu jika tidak ada kau aku mungkin akan merasakan penyesalan seumur hidup. Terimakasih, kau benar-benar penolongku.

“Manami...” 

“Hmmm?”

“Kau melamun?”

“Tidak, kenapa?”

“Kalau kau lelah kita bisa menyewa losmen lagi,”

Aku berpikir sejenak.

“Baiklah, kau juga butuh istirahat kau pasti sangat lelah,”

“Kau ini sok tahu sekali... Apa kau peramal? ”

Aku merengut kesal. Tingkahnya yang menyebalkan muncul lagi.

“Yasudah kalau begitu teruskan saja menyetirmu...”Gerutuku kesal, aku menyilangkan tangan di depan dadaku seperti orang yang sedang ngambek.

“Hahahaha, kau ini sensitif sekali. Baiklah aku memang lelah.. kau senang?” Tanya Taka sambil menepuk pipiku pelan.

“Sulit  ya mengatakan ‘Aku lelah’ sedari tadi?” Aku masih pura-pura ngambek.

“Cantikmu hilang jika kau terus-terusan marah Manami... hahaha..”

Benar-benar menyebalkan lelaki ini, oh mungkin dia harus merasakan serangan cubitanku dulu baru dia bisa jera.

“Kau memang lelaki paling menyebalkan Taka. Huh... Rasakan...!” 

Aku mencubiti lengan Taka dan Taka mengaduh pura-pura kesakitan. Aku masih ingin mencubiti kulitnya yang bersih putih dan terlihat mulus itu jika Taka tidak menangkap tanganku dan menghentikan aksiku ini. Tanganku masih digenggam Taka dan tak lama kemudian Taka mengecup tanganku dengan tangan kanannya sementara tangan kiri yang masih memegang setir kemudi. Aku benar-benar tersipu luar biasa. Ah Taka... Taka Taka...

“Ah didepan sana ada losmen, sebaiknya kita menginap disana,”

“Baiklah...”

Setelah melalui beberapa proses pemesanan dan pemberian kunci pintu hotel akhirnya aku dan Taka sudah sampai di kamar losmen yang berbeda dari kamar losmen kecil yang kutempati sebelumnya. Kamar losmen ini begitu menyenangkan dengan dengan dua ranjang yang terlihat empuk dan menyenangkan, ruangan yang lumayan agak luas dan kamar mandinya sangat nyaman.

Aku sengaja memilihkan kamar ini untuk kutempati bersama Taka, untuk saat ini aku tak mau berjauhan dari Taka. Entah kenapa kehadiran Taka bagiku tak ingin membuatku jauh darinya. Aku sangat ingin seseorang membangunkanku dan memberi kenyamanan jika nantinya aku mengalami mimpi yang buruk. Taka sama sekali tak keberatan bahkan ia langsung menyetujui.

“Manami, tempat tidurmu di ujung kiri ya.. dan aku di ujung kanan.”

“Terserah kau saja.. “

“Oke Kuanggap setuju.”

Aku hanya menjawabnya dengan senyum.

Setelah aku dan Taka bergantian mandi, akhirnya aku dan Taka menempati tempat tidur yang sudah ditentukan masing-masing. Aku di ranjang sebelah kiri dan Taka di sebelah kanan. Aku merebahkan tubuhku dan memiringkan tubuhku ke arah Taka berada. Sama halnya dengan Taka, ia rebah dengan tubuh tengkurap dan wajah yang diarahkan padaku dengan bertumpu pada kedua tangan di kepalanya. Selama beberapa lama aku dan Taka berada di posisi seperti ini. Masing-masing tak mau mengalihkan pandangan sedikitpun. Hingga akhirnya aku tak tahu pergerakan Taka yang begitu cepat ketika berpindah ke tempat tidurku. 

Aku dan Taka saling berpelukan di tempat tidurku. Saling menikmati bertatatapan mata sepuas hati dan menikmati hembusan napas yang terasa wangi ketika dihirup. Saling bertahan hingga beberapa saat di posisi seperti ini, Taka mulai berani mendekatkan bibirnya ke bibirku.
Mengecupnya pelan... lembut... dan sangat jantan. Aku sama sekali tak membalas ataupun merespon kecupan Taka, aku tahu ia berniat menggodaku. Begitu seterusnya hingga kecupan ke tujuh. Setelahnya aku mulai merespon dengan membalas kecupannya dan.... terjadilah malam ini suatu romantisme antara aku dan Taka berlanjut ke suatu kegiatan yang dihabiskan dengan peluh keringat yang mengalir dari tubuhku maupun Taka. 

Pagi ini terasa cepat sekali. Aktifitas malamku bersama Taka juga terhenti. Taka merebahkan tubuhnya yang basah keringat di sampingku, nafasnya masih tersengal-sengal. Tubuhku sangat lelah, nafasku seperti hampir habis. Dan aku menutupi tubuhku dengan selimut dengan posisi membelakangi Taka, aku malu. Seharusnya saat menyewa losmen itu adalah waktu untuk kami berdua beristirahat. Tapi yang terjadi adalah....

“Manami...”

“Hmmm...?”

“Kau lelah?”

“Hmmmm”

“Kau kedinginan?”

“Hmmm....”

“Kau mau mengulangi lagi?”

“Hmmm.... “ Aku menggumam lagi, tetapi sesaat kemudian tersadar, “Ehhh...???”

Taka tergelak,

“Kenapa kau sembunyikan tubuhmu di balik selimut? Bukalah selimutmu, aku ingin melihat wajahmu.”

“Tidak mau!”

“Why? Kenapa?”

No Why...”

“Kenapa tidak ‘yes why’? Kau malu padaku?”

Aku tak menjawab dan masih menyelimuti diriku dengan selimut yang juga dipakai oleh Taka untuk menutupi tubuhnya sendiri.

Taka adalah orang baru dihidupku, aku baru mengenalnya. Dan aku sudah menyerahkannya pada Taka. Apakah aku ini gadis bodoh? Tapi setelah kupikir berkali-kali sepertinya tidak. Aku sudah percaya sepenuhnya pada Taka, sama seperti Ayah yang sudah percaya pada Taka. 

“Manami..”

“Hmmm,”

“Aku mencintaimu...”

“.......”

Aku membuka selimut yang menutupi wajahku, kuhadapkan tubuh dan wajahku tepat di depan wajah Taka, 

“Kenapa?”

“Kenapa?” Taka mengulangi ucapanku

“Kenapa kau mencintaiku?”

No Why, Aku mencintaimu. Tidak ada alasan dan tidak ada jawaban yang bisa menjawab pertanyaan kenapa-mu.”

“Ya, aku mengerti."

"Kupikir kau dan mantan kekasihmu yang bajingan itu pernah melakukannya."

"...................." Aku hanya menggelengkan kepala.

Hembusan nafas Taka terdenger lebih berat.

“Apa kau tahu Manami, kau sangat memabukkan,”

“Maksudmu?’

“Kau tidak tahu ketika kita tidur berpelukan bersama beberapa hari yang lalu, mati-matian aku menahan gejolak hasratku.”

“Benarkah?”

“Uhum, dan sepertinya hasratku mulai naik kembali.....”

Tanpa aba-aba dan Taka kembali ‘menerkamku’. Sarapan pagiku terlewatkan dengan kembali mengulang kejadian semalam. Rasanya memabukkan dan Taka terlihat lebih berenergi dari semalam.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Keesokan Hari.

Aku sudah berada di depan lokerku, mengambil beberapa buku untuk mata pelajaran yang akan kuikuti setengah jam lagi. Aku masih berkutat dengan mencari-cari buku yang kubutuhkan, ketika aku mendengar langkah kaki mendekat. Rambut pirang terlihat dari sekat pintu loker yang kubuka.

Toru.

Dengan wajah berbinar Toru mendekat ke arahku dan bersandar di loker sebelahku, badannya yang tinggi tegap menghadap kearahku. Toru menatap wajahku dengan tatapannya yang sayu namun bibir tak henti-hentinya tersenyum.

“Hai,” Sapa Toru.

“Hai Juga...” Jawabku canggung.

“Kau sehat..?

“Yap, seperti yang kau lihat, Aku sehat.”

“Syukurlah, aku mengkhawatirkanmu...”

“Trimakasih, tapi aku baik-baik saja,” Jawabku tanpa sedikitpun memandangnya.

“Beberapa hari kau tak masuk lagi Donn... errr Manami, aku rindu padamu,” Ujar Toru sembari wajahnya tak henti-henti memandangiku. 

Rupanya ia sudah mengetahui namaku yang sebenarnya.

Aku melirik ke wajah Toru sebentar kemudian aku memalingkan wajah lagi. Canggung sekali suasana ini. Aku yang menjadi obyek pandangannya merasa kikuk dan salah tingkah, hingga buku yang kupegang berjatuhan. 

Aku berjongkok dan sedikit membungkuk untuk mengambil buku-buku yang berserakan. Toru pun tak kalah sigap, ia juga ikut berjongkok dan membantu mengambil buku- yang terjatuh. Setelah buku-buku itu terkumpul ditangannya, Toru menyerahkannya padaku, namun gerakan Toru seakan mematung ketika matanya tak sengaja terarah pada salah satu bagian tubuhku. Aku masih tak menyadari ada sesuatu yang membuat mata Toru menatap tajam ke arah sesuatu yang membuat rahangnya mengeras.

“Apa yang sudah kalian lakukan?”

“Hmmm..???” Aku menggumam tak mengerti.

“Apa yang kalian lakukan beberapa hari ini??”

“Maaf, tapi aku tak mengerti Toru..” Aku masih tak memahami arah pembicaraan Toru.

“Kalian! Sejauh apa kalian berhubungan?”

“Maksudmu?”

“Kau masih tak mengerti apa yang kubicarakan??? Kau lihat...” 

Nada tegas Toru sangat kentara terlihat sembari tangannya menunjuk salah satu bagian badanku. Saat kulihat.. Ya Tuhaaaan... bercak ini, bercak merah keungu-unguan.

Tidak... aku tak bisa berkata apapun

Aku tak berkutik di depan Toru.

Bercak ini begitu terlihat karena dress yang dibelikan oleh Taka dan kupakai ini berpotongan leher cukup rendah. Aku malu sekali pada Toru, dengan hati-hati aku mencoba menutupi bercak itu dengan menaikkan dressku hingga bercak di leherku sudah tak kelihatan.

“Kau sudah paham??? Sekarang jelaskan padaku apa yang sudah kalian lakukan sejauh ini???” Suara Toru terlihat menyeramkan. 

Aku hanya tertunduk tak berani menatap wajah Toru, ia sungguh ribuan kali berbeda dari biasanya. Aku tak pernah melihat Toru menunjukkan wajah marahnya padaku. Tapi kurasakan Toru hampir sama seperti Taka. Sangat menakutkna jika mereka berdua marah.

Buku-buku yang ada ditanganku direbut Toru dan dimasukkannya kembali ke dalam lokerku. Dengan kasar Toru menyeretku untuk mengikuti kemana langkahnya. Dengan mencoba menahan laju badanku pun aku kalah, tenaga Toru lebih besar dan cengkraman tangannya di pergelangan tanganku agak menyakitkan.

“Toru... jangan seperti ini!!! Sakit!!!” Teriakku pada Toru.

Toru tak mengatakan apapun selain berjalan penuh kemarahan tanpa menoleh sedikitpun.

“Toruuuu...” Aku sedikit mengecilkan suaraku ketika beberapa gerombolan mahasiswa tengah terduduk di kursi koridor kampus. Aku tak ingin menarik perhatian mereka.

Langkah kakiku sedikit tersandung karena Toru berjalan dengan cepat, dan tak memberi kesempatan untukku berhenti sejenak. Ia masih terus menyeretku menuju lorong yang jarang dikunjungi dan sepi dari lalu lalang.

Toru mulai melepaskan cengkraman tangannya, wajahnya sama sekali tak bersahabat. Mendung kelabu menutupi wajah tampannya. Aku benar-benar sangat takut melihat Toru dengan kondisi seperti ini. Aku tersudut ke dinding, dan Toru mendekat kearahku. Tatapannya seperti singa lapar saat melihatku.

Semakin mendekat dan mendekat...

Dan Toru menyudutkan tubuhku ke dinding, memenjarakan tubuhku dengan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri tubuhku. Mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku sangat tegang dan takut dengan perlakuan Toru padaku. Dengan suara pelan dan tertekan Toru mengatakan sesuatu,

“Aku tahu kau sudah pernah merasakan sakit. Tapi apakah kau sudah pernah merasakan bahwa kau menyakiti hati seseorang?”

Suara Toru tepat hanya beberapa centi di bibirku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di bibirku, ah aku teringat Taka.

“.......” Yang bisa kulakukan saat ini hanya menelan ludah dan menahan napas. 

“Katakan padaku apa kau sudah pernah merasakannya...!!!!!” Bentakan Toru dengan suara kerasnya membuatku menutup mata dan membuat jantungku berdebar sangat keras.

Aku tak bisa mengatakan apapun, Demi Tuhan bibirku sangat kelu tak mampu berkata-kata.
“Jawab Manamiiii ..... !!! Apa kau pernah merasakannya???” Teriakan Toru benar-benar membuatku lemas. Oh tidak, kenapa aku harus selalu lemas jika mendengar suara bentakan...

“.............”

“Kau memang tidak pernah merasakannya Manami, Karena kau tak berada di posisiku. Aku sangat terpukul mengetahui apa yang telah kau lakukan dengan lelaki itu.”

Toru menyadarkan keningnya di keningku, hidungnya di hidungku, dan terakhir ia mengecupkan bibirnya ke bibirku sebentar. 

Apa yang harus kulakukan, Toru menempelkan bibirnya ke bibirku. Seharusnya aku berontak dan menolak, namun aku tak mampu. Aku terlalu lemah untuk menghindar.

“Aku tak bisa menerimanya Manami, sangat tidak bisa. “ Gumam Toru dengan wajah berjarak sangat dekat dengan wajahku.

Maafkan aku telah kasar padamu,....” Lanjut Toru dengan beranjak meninggalkan tempat.

Toru melangkah membelakangiku dan sempat ia berhenti sejenak dan menoleh kearahku yang masih berdiri lemas bersandar di dinding. Kemudian dengan berjalan mantap meninggalkan lorong sepi ini Toru sempat memukulkan kepalan tangannya di dinding. Suaranya sangat keras, pasti tangan Toru cedera.

“Brengsekkk !!! “ Masih kudengar suaranya mengumpat di kejauhan.

Aku merosot dari posisiku berdiri menjadi terduduk sambil menangis tak bersuara.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Asikkkk seru nih ye, seru nih yeeee.....

Ada yang mau lanjutannya ga? Minta cepet apa lama? Hahahaha.

Bikin 80% efef ini pas tengah malem sampe jam 3 pagi loh, feelnya dapet banget wahahahaha. Oh iya dosa ga ya gue kalo ngracunin anak orang pake cerita ginian, ada adegan enci nya lagi tapi tetep sih disensor ga usah dicritain detilnya. Tar malah kebawa mimpi lagi dan lagian saya juga ga ngerti mau bikin detilnya gimana karena ga tau. Hahahahaha.

Tunggu terus lanjutannya fanfic pathetic girl ini hanya di kapanmainlagi :D
Terimakasih
.
.
Selamat Pagi...
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.

12 komentar:

  1. MBAAAAAAAAAAAAA, STRES LO AH!! #capsjebol Hahahahahahaha

    Gue bacanya jadi gak fokus mba. Ampe gue skip-skip, tp karena gue penasaran, gue baca juga akhirnya. Hahahahahahaha

    Seriusan mba. Lo bikin adegan kek gtu, gue langsung inget Taka. Dan masalahnya gue jadi ngebayangin. Wkwk

    Tanggung jawab lho mba. Hahahahaha

    cheza

    BalasHapus
    Balasan
    1. TAKAkakakakakakaka.....
      satu orang kena racun inih...

      Pengennya ga baca tapi akhirnya kebaca juga gegara penasaran. hahahahahahaa.
      Gue bahagia banget ini ada yang bisa kena jerat efef nista gue.

      Hahahahaha, masalahnya gue tanggungjawabnya gimana?? hahahaha

      Hapus
  2. Asem banget lo mba malah bahagia. Hahahaha
    Beneran jd gue bayangin tauk! :D aaaaaaarrrrrggghhhh. Gue mewek nih. Haha

    Ya, nasi padang satu cukup lah. Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dong, bahagia banget gue kalo ada yang bener-bener terhanyut sama ceritanya....
      hahahahahaha.

      Wuihhh beneran bayangin nih? trus itu meweknya kenapa? mewek karena pengen apa mewek karena iri sama manami? wkwkwkwkwkwk #ngomongapasihgue

      oh nasi padang yah... oke deh. gue kirim lewat bluetooth yak... ditunggu. hahaha

      Hapus
  3. Yaaahhh, mbaaa -____-
    Anak orang mbaa, anak orang.
    Haduuuh, untung cuma epep. Cukup ini aja ya mbaa, cukup ini ajah..
    Kalo pun ada, di piiiiiippp (alias sensor) ajah yah mbaa.

    Untung lagi sebel sama taka, jadi gak kebayang :D ckcckckckkk..

    BalasHapus
  4. Prasaan itu udah disensor deh iva. hahahaha
    Kenapa? keracunan juga kek Cheza? hahahahahaha

    Iya deh yang lagi move on ke babang toru, gegara kaimu nya Taka. wkwkwkwkwk

    BalasHapus
  5. Pertama mbaa, gue masih kecil mbaa #plaakkkk
    Kedua, si Manami juga masih kecil mbaa. Seumuran lah sama gue.
    Dan yang ketiga, mastaka itu udah tua mbaa, jadi gak cocok kalo mastaka sama manami kek gituan.
    Yang keempat mbaa, imej si mastak jadi jelek *ngomong apa sih gue*
    Dan yang kelima mbaa, bibir mastaka tebel (?) bibirnya maachan kagak tebel (??????)

    Yaudah GITUH aja.
    Berhubung gue gak ngerti sama sekali, jadi gue gak keracunan mbaa.
    Tapiiiiiiiiiiiii,, bang toruuuuuuuu T______T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertama ya, iya va gue udah tau kalo lo masih kecil...

      kedua, gue juga tau kalo manami juga kecil tapi gue bikin mereka seumuran ceritanya. hahaha

      ketiga, taka gue bikin mudaan dikit itu. wkwkwkwkwk

      keempat, kagak ah, imejnya dia ga bakalan jelek gegara efef nista gue. hahahahaha

      yang kelima, bibir taka tebel itu kenyataan. bibir machan tipis emang iya. hahahaha

      Ah masa??? hahahaha
      Bang toru kenapa bang toru? udah ada dua orang yang protes nih babang toru gue bikin kek gini. ahahahahhahaha

      Hapus
    2. Yaaaaah mbaa, nangis nih nangis nih gue T__________T

      Gak ngehayatin bgt sih, jadi gak ngerti banget, kkkkkk.
      Meskipun gue udah gede, tapi entah kenapa gue berasa masih 15 tahun ajah, serius.
      Jadi jangan buat gue nista mbaa -___-

      Bang toruuu jangan sakit hati dong mbaa, gue jadi ikutan sakit dong T____T

      Hapus
    3. Hahahahhaa, nangis kenapa lo va?

      ah lo kan udah 17plus keatas va, jadinya ya udah gede. hahahaha brasa 15 taun.
      tenang aja va, lo ga bakal gue bikin nista kok, cukup ff gue yang gue bikin nista. hahahaha

      hahahahaha, lagi-lagi udah dua orang yang ngerasa sakit gegara babang toru gue bikin sakit hati. hahahahaha

      hahaha dasar iva iva...

      Hapus
  6. hii ...
    konbanwa ...
    ikutan komen yaa .. sejak chapter 1 selesai aku baca .. rasa penasaranku menjadi-jadi mba widi ...
    syg nya d kantorku yg letaknya di tengah hutan n ga ada sinyal bikin aku sebel krn ga bisa buka blognya mba widi ..
    semangat yaa buat ceritanya^^
    btw ..
    aku bacanya sambil cengengesan lagi ..
    malu baca .. tp ngulang2 bacanya ...
    wkwkwkwkwkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahihihihi.... malu malu tapi penasaran tetep pengen baca ya.. hehehe
      eniwey, aku makasih banget loh... tiap kamu mampir baca pasti juga nyempetin komen dan itu rasanya seneng banget, karena tulisan dan ceritaku srasa dihargai.
      Makasih ya Wulan :D

      Hapus

Feel free to comment... silahkan....